Warna - Desain Grafis

 Warna memegang peranan yang sangat penting dalam perancangan graft's, karena bisa memberikan daya tarik lebih terhadap suatu tampilan media cetak dibandingkan hanya sekedar hitam putih saja, atau berperan memberikan nilai tambah secara estetika (keindahan). Dalam sejarahnya tiras surat kabar langsung melonjak naik begitu pertama kali ditemukan teknologi pemisahan warna dalam percetakan.

Namun ternyata manusia tidak mempersepsi warna secara kasat mata saja, karena manusia adalah mahluk yang selalu ingin memberikan pemaknaan terhadap segala sesuatu termasuk pada warna. Hijau tidak hanya sekedar merupakan warna yang dihasilkan dari percampuran antara Biru muda (Cyan) dan Kuning (yellow) saja, atau oranye merupakan warna hasil percampuran antara merah (Magenta) dengan Kuning (Yellow). Sehingga pada bab ini warna akan dibahas berdasarkan sumber dihasilkannya atau ditinjau secara (makna) denotatif, serta warna ditinjau dari aspek konotasi atau pemaknaannya.

1. Warna Berdasarkan Sumbernya

Warna berdasarkan sumbernya atau berdasarkan cara dihasilkannya, secara garis besar dibagi atas dua bagian, yaitu Warna aditif (sistim RGB) dan Warna subtraktif (sistim CMYK).

1. Warna Aditif (Sistim RGB)

Penemu warna ini adalah ilmuwan fisika dari Skotlandia, Sir James Clerk-Maxwell (1861). Yang dikelompkan ke dalam warna aditif ini adalah merah (red), hijau (green), dan biru tua(blue), atau yang dikenal dengan RGB.

Warna aditif dibuat dengan bersumber pada sinar. Sebagai contoh, jika sinar di muka lampu memancarkan cahaya berwarna putih diletakan kaca yang berwarna hijau, maka efek sinar yang timbul di kaca seolah-olah adalah warna hijau, demikian juga jika diletakan kaca berwarna merah, maka efek cahaya yang timbul di kaca adalah warna merah.

Jika intensitas dari kombinasi ketiga warna tersebut dimaksimalkan, akan menghasilkan warna putih. Sebaliknya, jika ketiga komponen tersebut intensitasnya dikurangi habis, akan menghasilkan warna gelap atau hitam. Sama seperti jika suatu sinar ditutup dengan rapat akan menghasilkan kegelapan. Bisa juga dikatakan bahwa nilai tertinggi dari warna Aditif adalah warna putih. Dalam software grafis seperti Coreldraw dan Photoshop nilai tertinggi atau putih adalah 255, dan nilai terendah, gelap, atau hitam adalah 0.

Sumber sinar dari kedua alat tersebut disaring dengan komponen warna merah, hijau, dan biru tua. Warna-warna itu disebut "aditif", karena jika digabungkan, akan menghasilkan warna putih. Pelangi

adalah merupakan warna aditif yang ada di alam.

Karena warnanya bersumber dari cahaya atau yang bersumber pada listrik, maka warna aditif ini dipergunakan pada berbagai peralatan visual yang bersumber pada listrik seperti pesawat televisi, monitor komputer, gadget, dan in focus. Sehingga warna-warna ini juga diaplikasikan pada berbagai produk yang akan ditayangkan pada berbagai media tersebut, seperti film, dan multimedia.

3.1.2. Warna Subtraktif (Substractive Color), atau sistim CMYK

Delapan tahun kemudian, setelah warna aditif ditemukan, seorang pianis dari Perancis, Louis Ducos Du Hauron, menggagas tiga warna pokok Subtraktif.

Warna subtraktif secara umum bisa dikatakan sebagai warna yang dapat dilihat mata karena adanya pantulan cahaya, merupakan warna yang bisa diraba dan dicampur secara fisik, seperti warna cat tembok, warna cat minyak untuk melukis, tinta printer, serta warna untuk barang-barang cetakan, seperti buku, koran, atau brosur. Jika kita mencampur warna subtraktif di komputer grab's, dan diaplikasikan pada medium warna-warna yang sudah disebutkan di atas, maka hasil percampurannya akan sama. Maka bisa dikatakan untuk kebutuhan media cetak menggunakan warna subtraktif ini.

Yang termasuk ke dalam kelompok warna subtraktif adalah: Biru Muda (Cyan), Merah Muda (Magenta), Kuning (Yellow), ditambah dengan satu kunci untuk memberi efek gelap/hitam (Key), atau dikenal dengan istilah CMYK.

Di dalam software komputer grafts, nilai tertinggi untuk warna ini masing-masing Cyan: 100, Magenta: 100, Yellow: 100, dan Key: 100. Sementara nilai terendah dari warna Subtraktif ini adalah putih atau 0.

2. Konversi Warna RGB ke CMYK

Pada umumnya scanner atau kamera digital bekerja menggunakan warna RGB, sementara untuk kebutuhan cetak menggunakan warna CMYK, maka di dalam software grafts seringkali harus dilakukan konversi warna dari RGB ke CMYK. Permasalahannya pada saat dikonversi dari RGB ke CMYK warna gambar menjadi lebih redup/buram. Hal ini karena model warna RGB dan CMYK mempunyai gamut warna yang berbeda. Gamut adalah batasan warna yang mampu dihasilkan oleh suatu peralatan. Gamut RGB lebih besar dari gamut CMYK, dan itulah yang menyebabkan penurunan warna saat konversi dari RGB ke CMYK.

3. Warna Primer, Sekunder dan Tersier

Wama-warna Cyan Magenta Yelow atau CMY, setelah dicampur menghasilkan tingkatan warna primer, sekunder dan tersier. Wama-warna pokok disebut warna primer. Percampuran dua warna pokok disebut warna sekunder, yaitu oranye, unggu, dan Hijau. Percampuran warna primer disebut warna tersier.

1. Warna pokok (primer)

Warna primer adalah warna dasar, sumber dari segala warna. yaitu merah, kuning dan biru. Di dalam media komputer dikenal warna biru (cyan), merah (magenta), kuning (yelow), dan ditambahkan hitam (key), sehingga dikenal istilah CMYK, dan ada warna red, green dan blue atau dikenal dengan istilah RGB.

2. Warna sekunder

Warna sekunder merupakan percampuran antara warna primer.

a. Merah + Biru = ungu/violet

b. Merah + kuning = oranye

c. Kuning + biru= hijau

1. Warna tersier

Warna tersier merupakan percampuran antara warna-warna sekunder dengan primer

a. Merah + ungu= Merah ungu

b. Ungu + biru= ungu biru

c. Biru + hijau= biru hijau

d. Hijau + kuning = hijau muda

e. Kuning + oranye= kuning muda

1. Warna komplementer

Merupakan komposisi antara dua warna yang bersebrangan dalam lingkaran warna, sehingga menghasilkan efek menyakitkan mata apabila diletakan dalam posisi bersandingan.


Gambar 8. Warna komplementer, cyan komplemen terhadap
oranye, magenta komplemen terhadap hijau, dan kuning komplemen terhadap ungu


Gambar 9. Penggabungan warna-warna komplementer

Karena sifatnya yang mudah menarik perhatian mata, warna-warna komplementer sering dipergunakan untuk media iklan luar ruang, seperti billboard dan baliho.

3.4. Dimensi Warna

Dimensi warna merupakan sifat dasar dari warna itu sendiri. Menurut The Prang System, warna dapat dibagi menjadi tiga dimensi, yaitu hue, value, dan intensity.

1) Hue

berkaitan dengan panas dinginnya warna. Warna merah, oranye, dan kuning dikelompokan sebagai warna-warna panas, sementara hijau, biru, dan ungu kebiru-biruan dikelompokan ke dalam warnawarn a dingin.



Gambar 10. Hue. Warna-warna pada bagian atas dikelompokan

sebagai warna dingin, sedangkan pada bagian bawah dikelompokan sebagai warna panas.

2) Value

Berkaitan dengan terang-gelapnya warna, menunjukan kualitas sinar yang direfleksikan oleh sebuah warna atau menunjukan gelap terangnya warna, dilakukan dengan menambah warna putih atau hitam.


3) Intensity

Berkaitan dengan cerah-suramnya warna, menunjukan kuat-lemahnya warna. Pengurangan intensitas dicapai dengan mencampur atau menambah warna murni dengan warna-warna netral, seperti putih, hitam, dan abu-abu, atau dengan warna komplemen.

3.5. Konotasi Warna

Cara manusia melihat warna tidaklah sama tergantung persepsi masing-masing yang dibentuk (terutama) oleh kebudayaan atau kebiasaan yang berlangsung di lingkungannya. Warna-warna RGB dan CMYK merupakan warna yang ditinjau dari aspek fisik atau warna secara denotasi. Tetapi manusia adalah

mahluk yang selalu memaknai sesuatu -termasuk warna- dalam hubungannya dengan "sesuatu yang lain."

Sebagai illustrasi, kita tentu ingat sebuah iklan cat tembok di televisi, di mana seorang pemuda mengoleskan cat (merek tersebut) dengan warna-warna tertentu, dan hasilnya adalah; ketika digoreskan warna oranye, tiba-tiba keluar sebutir jeruk dari dalam tembok; ketika digoreskan warna biru, ada air yang tumpah keluar; ketika digoreskan warna merah, sebuah mobil sport dengan warna yang sama keluar dengan kecepatan tinggi diiringi suaranya yang menderu-deru; dan ketika digoreskan warna pink (merah muda), yang keluar adalah seorang wanita cantik mengenakan gaun yang juga berwarna pink.

Sesuatu yang mustahil? Ya.., tapi itulah cara iklan bekerja untuk menunjukan daya tariknya. Cat yang (diiklankan) hanyalah sebuah medium warna yang berbasis CMYK, dan televisi menggunakan format warna RGB atau berbasis cahaya untuk menampilkan gambarnya. Tapi ada sesuatu yang lain hadir di situ, yaitu adanya "konotasi" tertentu yang dibentuk warna, yang mengingatkan audiensnya akan "sesuatu yang lain." Atau dikatakan sebagai konotasi warna.

Barthes (1957) dalam Hoed (2011) menyatakan dalam teorinya mengenai konotasi berlanjut, bahwa apabila konotasi semakin mantap akan menjadi mitos, dan apabila mitos semakin mantap akan menjadi ideologi (keyakinan palsu). Disebut keyakinan palsu karena sama sekali tidak ada hubungan antara apa yang dilihat dengan apa yang ada dalam realitas (kenyataan). Atau kemustahilan (seperti gambaran di atas) yang diyakini sebagai sebuah kebenaran, atau keyakinan semu.

Dalam kasus di atas, keyakinan tersebut bisa dibaca sebagai berikut, "pergunakanlah cat ini, karena jika menggunakannya hati anda akan senang!" Jadi selain secara fisik atau denotatif, warna juga tidak bisa diremehkan dari makna konotasi dalam subjek penerima pesan (pemirsa). Karena jika dilihat, dalam iklan tersebut sama sekali tidak ada sebuah penanda pun, yang menyatakan bahwa cat tersebut awet, tahan lama, atau warnanya cerah, tapi yang disasar (konotasi yang diarahkan) adalah "hati yang senang."

Pembentukan konotasi menjadi mitos hingga menjadi ideologi tidaklah berlangsung seketika, tapi dilakukan secara berulang-ulang (kebiasaan/ kebudayaan), bahkan bertahun-tahun atau turun- temurun, sehingga seolah-olah menjadi sebuah kewajaran. Manusia dibentuk oleh kebiasaan atau kebudayaan, mulai dari lingkungan terdekat seperti keluarga, hingga dibentuk melalui budaya massa seperti iklan; termasuk juga dalam cara memandang warna.

Di Indonesia yang beriklim tropis, banyak pegunungan, dan masih banyak hamparan pemandangan pesawahan dan hutan berwarna hijau, maka warna hijau secara umum dimaknai oleh orang Indonesia mengandung arti atau berkonotasi alamiah. Namun pada masa pemerintahan Orde Baru, warna hijau identik dengan partai islam. Bagi orang Eropa atau Amerika, warna hijau bisa dimaknai lain lagi, yaitu hantu atau monster, seperti yang sering kita lihat di film-film keluaran Holywood. Bagi petani di desa bisa saja memaknai warna kuning sebagai sebuah kegembiraan karena berarti saatnya panen yang identik dengan padi yang menguning. Namun bagi orang Bogor warna

kuning bisa juga bermakna kematian, karena apabila ada bendera berwarna kuning di depan sebuah rumah petanda ada orang yang meninggal. Sementara itu bagi orang Medan tanda yang mewakili pengertian yang sama yaitu warna merah, sedangkan di Jawa Tengah diwakili dengan warna putih. Bagi orang Bogor yang (biasa) hobi menonton film-film horor Eropa atau Amerika bisa saja memaknai warna hijau sebagai monster atau mengingatkannya kepada sesuatu yang menakutkan, bukannya sesuatu yang bersifat alamiah, apalagi sedikit demi sedikit lahan hijau di Bogor semakin berkurang.

Konotasi dalam warna juga bisa dimaknai secara berbeda apabila sebuah warna bersanding dengan warna yang lain, atau walaupun komposisinya sama - misalkan merah dan putih - namun letaknya dibalik menjadi, putih dan merah, akan bermakna sama sekali lain. Merah di atas dan putih di bawah bisa dimaknai sebagai sebuah kesakralan dari bendera yang dihormati orang Indonesia (merah dimaknai berani dan putih dimaknai sud). Namun jika sebaliknya, bisa berarti bendera (negara) Polandia. Demikian juga jika ditempatkan pada bentuk yang berbeda, misalkan empat persegi panjang berwarna merah diletakan pada lingkaran berwarna putih bisa mengandung makna, "dilarang masuk."

Para perancang grafis dan multimedia, terutama perancang iklan sangat sadar dan memanfaatkan hal ini, serta menyiarkannya secara berulang-ulang, atau apabila berbentuk media cetak direproduksi dalam jumlah yang sangat banyak dan terbit secara berkala. Sehingga diharapkan akan menjadi keyakinan pada memori konsumen, dan para konsumen akan terus menggunakan produk yang dijualnya atau menjadi pelanggannya.

Tentu saja sebelum melakukan perancangan, baik pada huruf, logo, gambar, atau apa pun yang berkaitan dengan warna, desainer harus melakukan riset terlebih dahulu mengenai pangsa pasarnya, terutama memahami bagaimana budaya masyarakat dalam suatu wilayah mempersepsi warna.




16 Responses to "Warna - Desain Grafis"

Wahyu fadli mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Wahyu fadli mengatakan...

Dan untuk Warna-warna yang mendekati penyebutan'a gmna pak..

Wahyu fadli mengatakan...

Warna aditif seperti apa pak..

Wahyu fadli mengatakan...

Kalau memberikan warna di listrik ini maksudnya gmna pak..

Wahyu fadli mengatakan...

Maksudnya dari ketiga warna itu di maksimalkan gmna pak..

Wahyu fadli mengatakan...

Kenapa nilai dari warna aditif harus warna putih pak..?

Wahyu fadli mengatakan...

Kenapa nilai terendah warna hitam pak..?

Wahyu fadli mengatakan...

Berarti warna aditif itu warna yg digabungkan pak ya..?

Wahyu fadli mengatakan...

Billboard itu apa pak?

Wahyu fadli mengatakan...

Baliho itu apa pak..?

Wahyu fadli mengatakan...

Mahkluk yg selalu memakai sesuatu termasuk warna dalam hubungannya dengan yang lain.
Ini maksudnya gmna pak..

Wahyu fadli mengatakan...

Konotasi ini apa pak?

Wahyu fadli mengatakan...

Fungsi konotasi untuk apa pak..?

Wahyu fadli mengatakan...

Audensi ini apa pak..?

Wahyu fadli mengatakan...

Fungsi audiensi ini untuk apa pak..

Wahyu fadli mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.